Saturday, September 3, 2016

Mempersiapkan Diri Menjadi Ayah






Mempersiapkan diri menjadi principal pendidikan perlu merekatkan diri pada resources yang berotoritas dan dapat dipercaya.  Alkitab adalah standar untuk iman dan hidup Kristen yang benar.  Maka mempersiapkan diri menjadi ayah mengharuskan ayah menjadi murid Kristus yang giat mempelajari firman Tuhan yang hidup.  Dengan sendiri menjadi murid, maka diri tahu apa itu artinya berjalan di jalan Tuhan.  Dengan demikian ayah boleh menuntun anak berjalan dalam jalan Tuhan.  Bila anak mengalami kesulitan dalam aplikasi iman dan hidup Kristen, maka ayah ada di sana untuk membantu, mengarahkan, mencegah, dan memberi semangat.  Persiapan pada level ini jauh lebih susah dari persiapan dalam level kebutuhan fisik.  Sebab seharusnya persiapan untuk hal ini adalah perlu dipersiapkan sejak anak laki-laki lahir di satu keluarga.  Persiapan akan menjadi jauh lebih intens dan serius ketika sungguh-sungguh ada konfirmasi kehamilan istri.  Kebiasaan yang justru mencegah ayah ikut campur dalam persiapan kelahiran anak adalah kesalahan fatal. 
Justru ayah perlu terlibat sampai kepada hal detil, sebab disanalah terbentuk trust dari istri kepada suami.  Trust ini tidak hanya akan berhenti pada pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi akan menjangkau sampai kepada pemenuhan kebutuhan spiritual.  Sehingga ketika ayah mendidik anaknya, ibu tidak merasa takut ayah akan mendidik dengan tidak bertanggungjawab.  Keberadaan ayah di sisi ibu ketika ibu dalam masa kehamilan justru adalah keberadaan yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan trust dalam waktu yang sangat lama.  Jika ayah dicegah, maka keberadaannya hilang dari sisi ibu dalam masa kehamilan, trust itu tidak terbentuk.  Maka akan sangat sulit untuk mempercayai bahwa ayah memiliki kapabilitas untuk mendidik anak.  Tidak heran ayah akan lepas tangan untuk urusan ini dan hanya berkutat dengan pekerjaannya sendiri – ayah kembali kepada defense mechanism dia pada saat dicegah ikut campur dalam proses persiapan kelahiran.  Soal kebutuhan rumah tangga diserahkan kepada pembantu.  Mengasuh anak diserahkan pada suster.  Dan pendidikan anak diserahkan kepada pendidikan formal dan non-formal, yaitu sekolah dan gereja.  Ketika ini terjadi, ayah telah gagal menjadi ayah.  Tentunya kesimpulan ini bukanlah yang diinginkan oleh Tuhan dan juga tidak diinginkan oleh ayah sendiri.  Oleh karena itu adalah imperative untuk ayah mempersiapkan diri menjadi ayah dengan sebaik-baiknya.  Tanggungjawab menjadi principal pendidikan anak ditaruh Tuhan di atas bahu ayah, dan ayah harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan.  Maka saya mengajak, para ayah, para calon ayah khususnya, dan semua kaum laki-laki yang beraspirasi untuk menjadi ayah di kemudian hari, untuk mempersiapkan diri seserius mungkin dan sebaik mungkin di hadapan Tuhan untuk menjadi ayah yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada kita.

No comments: