Friday, August 26, 2016

Identitasku Sebagai Istri


22Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.  Dialah yang menyelamatkan tubuh.  24Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Efesus 5:22-24

Siapakah istri?  Apa yang harus dilakukan sebagai istri?  Bagaimanakah istri harus bersikap terhadap suami?  Rahasia ini disingkapkan oleh Alkitab supaya para istri menghidupi identitas diri yang benar.  Dunia tidak mengetahui rahasia ini.  Yaitu bahwa dari awal Tuhan memang sudah mendesain perempuan sedemikian rupa untuk mengambil posisi sebagai istri terhadap laki-laki yang menjadi suaminya.  Kata yang dipakai untuk suami dan istri adalah menggunakan bentuk tunggal.  Sehingga hanya boleh ada satu suami untuk satu istri.  Implikasi dari desain dari Tuhan ini adalah bahwa hanya boleh ada satu suami dan satu istri yang dipersatukan Allah di dalam satu keluarga.  Maka poligami adalah penyimpangan karena dosa.  Kedua adalah bahwa hanya perempuan boleh menjadi istri bagi suami yang adalah laki-laki.  Di dalam bahasa asli Alkitab, baik Ibrani dan Yunani, kata untuk perempuan sama dengan kata untuk istri, demikian juga kata untuk laki-laki sama dengan kata untuk suami.  Dunia ini sudah menjadi kacau sekali sehingga orang tidak lagi memahami prinsip ini.  Ada perempuan menikah dengan perempuan, satu menjadi suami yang satu menjadi istri.  Ada laki-laki menikah dengan laki-laki, yang satu menjadi suami yang lain menjadi istri.  Ini adalah penyimpangan karena dosa.

 Istri adalah perempuan.  Bukan seseorang yang sebetulnya terlahir laki-laki tetapi berpikir dan percaya bahwa dirinya adalah perempuan.  Tetapi istri adalah harus perempuan yang terlahir sebagai perempuan dan menyadari serta menerima dan menghidupi diri sebagai perempuan sesuai dengan yang ditentukan Tuhan bagi dia sebagai gender dia yang terekspresikan secara fisik.  Tetapi istri bukan semua perempuan.  Istri hanya bisa menyandang posisi istri jika dia menikah dengan seorang laki-laki yaitu suaminya.  Inilah hakekat yang sejati dari seorang istri.  Yaitu seperti yang disebutkan Rasul Paulus di Efesus 5:31 yang mengutip dari kejadian 2:24, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah ibunya dan bersatu dengan istrinya dan menjadi satu daging.

Apa yang menjadi ekspresi yang seharusnya seorang istri terhadap suaminya?  Paulus menjawab dengan rujukan teologis, yaitu bahwa seorang istri seharusnya tunduk kepada suaminya seperti gereja tunduk kepada Kristus.  Pengertian tunduk adalah dijelaskan oleh Rasul Paulus dalam kaitannya dengan posisi suami yang adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala gereja.  Kata tunduk dalam ayat 22 sebetulnya adalah ditambahkan, yang mana dalam bahasa aslinya tidak ada kata tunduk di ayat tersebut.  Kata tunduk hanya muncul satu kali di ayat 24 dalam bentuk pasif, yang mana artinya adalah lebih kepada “diletakkan dalam ketundukan.”  Disini kita melihat pentingnya memahami posisi yang ditetapkan oleh Tuhan yang berimplikasi kepada sikap dan perilaku.  Secara teologis Paulus memberikan analogi hubungan gereja terhadap Kristus, yaitu gereja diletakkan dalam ketundukan kepada Kristus.  Tuhan meletakkan dan menetapkan gereja untuk tunduk kepada Kristus.  Demikian juga istri diletakkan dan ditetapkan oleh Tuhan untuk tunduk kepada suami.  Sehingga implikasinya adalah bukan hanya pada masalah istri bersikap dan berprilaku tunduk kepada suami, tetapi juga bagaimana istri menerima posisi yang sudah ditetapkan oleh Tuhan untuk tunduk kepada suami.  Ini masalah iman.  Ini masalah ketaatan kepada Tuhan.  Ayat-ayat perikop ini tidak boleh dieksploitasi oleh suami untuk memaksa istri menjadi pembantu atau budak dia.  Ayat-ayat ini adalah bagi istri supaya istri tahu tempat dia yang semestinya.  Untuk suami Tuhan sudah mengatur di bagian perikop setelah perikop ini, yaitu ayat 25-33.  Ketundukan istri diperintahkan oleh Tuhan dan istri semestinya mentaati perintah Tuhan.  Dengan demikian, ketika istri bersikap tunduk kepada suami, disitu istri tunduk kepada Tuhan dan taat kepadaNya.  Ini adalah keagungan identitas seorang istri.

Hakekat sejati istri sesuai dengan yang dimaksud oleh Tuhan sejak semula merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada istri.  Maka dari itu adalah sikap yang benar dan hormat ketika istri dengan sungguh-sungguh mengekspresikan ketundukannya kepada suaminya seperti gereja tunduk kepada Kristus.  Disinilah letak kebenaran dan ketepatan identitas, status, dan posisi sebagai istri.


No comments: