Friday, August 26, 2016

Identitasku Sebagai Suami




25Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.  28Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.  29Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30karena kita adalah anggota tubuh-Nya.  31Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Efesus 5:25-31

Siapakah suami?  Apa yang harus dilakukan sebagai suami?  Bagaimanakah suami harus bersikap terhadap istri?  Rahasia ini disingkapkan oleh Alkitab supaya para suami menghidupi identitas diri yang benar.  Dunia tidak mengetahui rahasia ini.  Yaitu bahwa dari awal Tuhan memang sudah mendesain laki-laki sedemikian rupa untuk mengambil posisi sebagai suami terhadap perempuan yang menjadi istrinya.  Kata yang dipakai untuk suami dan istri adalah menggunakan bentuk tunggal.  Sehingga hanya boleh ada satu suami untuk satu istri.  Implikasi dari desain dari Tuhan ini adalah bahwa hanya boleh ada satu suami dan satu istri yang dipersatukan Allah di dalam satu keluarga.  Maka poligami adalah penyimpangan karena dosa.  Kedua adalah bahwa hanya laki-laki boleh menjadi suami bagi istri yang adalah perempuan.  Di dalam bahasa asli Alkitab, baik Ibrani dan Yunani, kata untuk laki-laki sama dengan kata untuk suami, demikian juga kata untuk perempuan sama dengan kata untuk istri.  Dunia ini sudah menjadi kacau sekali sehingga orang tidak lagi memahami prinsip ini.  Ada perempuan menikah dengan perempuan, satu menjadi suami yang satu menjadi istri.  Ada laki-laki menikah dengan laki-laki, yang satu menjadi suami yang lain menjadi istri.  Ini adalah penyimpangan karena dosa.

Suami adalah laki-laki.  Bukan seseorang yang sebetulnya terlahir perempuan tetapi berpikir dan percaya bahwa dirinya adalah laki-laki.  Tetapi suami adalah harus laki-laki yang terlahir sebagai laki-laki dan menyadari serta menerima dan menghidupi diri sebagai laki-laki sesuai dengan yang ditentukan Tuhan bagi dia sebagai gender dia yang terekspresikan secara fisik.  Tetapi suami bukan semua laki-laki.  Suami hanya bisa menyandang posisi suami jika dia menikah dengan seorang perempuan yaitu istrinya.  Inilah hakekat yang sejati dari seorang suami.  Yaitu seperti yang disebutkan Rasul Paulus di ayat 31 yang mengutip dari kejadian 2:24, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah ibunya dan bersatu dengan istrinya dan menjadi satu daging.

Apa yang menjadi ekspresi yang seharusnya seorang suami terhadap istrinya?  Paulus menjawab dengan rujukan teologis, yaitu bahwa seorang suami seharusnya mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja.  Kata kasih adalah satu kata yang termasuk paling disalahgunakan di dalam perkataan manusia.  Kata kasih menjadi rancu, kabur, dan murahan.  Maka itu kata yang agung ini diperjelas oleh Paulus dengan definisi yang dalam sehingga orang tidak mengaburkan makna kasih yang seorang suami seharusnya ekspresikan kepada istrinya.  Kasih yang dimaksudkan adalah kasih dimana suami bahkan rela mengorbankan dirinya bagi istrinya.  Model utamanya adalah Yesus Kristus yang mengorbankan diriNya demi gereja.  Pengorbanan ini bukanlah pengorbanan yang sembarangan untuk menuruti keinginan liar istri.  Tetapi pengorbanan ini adalah pengorbanan mulia yang adalah membawa seseorang mencapai status mulia, suci, dan tanpa cela.  Demikian Kristus tidak mengorbankan diri supaya gereja boleh semau-mau sendiri menjalankan kehidupan bergerejanya.  Kristus mengorbankan diri sehingga gereja, yang mana para anggotanya semua seharusnya masuk ke neraka karena dosa, dapat diselamatkan dari hukuman maut dan memperoleh kehidupan kekal.  Gereja akhirnya disucikan di dalam darah Kristus untuk berdiri di hadapan Tuhan di dalam kesucian yang murni.  Dengan referensi kasih pengorbanan seperti yang Kristus lakukan inilah Paulus menginstruksikan untuk suami mengasihi istrinya sendiri.

Hakekat sejati suami sesuai dengan yang dimaksud oleh Tuhan sejak semula merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada suami.  Maka dari itu adalah sikap yang benar dan hormat ketika suami dengan sungguh-sungguh mengekspresikan kasihnya kepada istrinya seperti Kristus mengasihi gereja.  Disinilah letak kebenaran dan ketepatan identitas, status, dan posisi sebagai



No comments: