Saturday, August 27, 2016

Memelihara Minat dan Bakat Anak


26Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."  27Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah  diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.  28Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Kejadian 1:26-28

20Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam dalam kemah dan memelihara ternak. 21Nama adiknya ialah Yubal; dialah yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling.  22Zila juga melahirkan anak, yakni Tubal-Kain, bapa semua tukang tembaga dan tukang besi.  Adik perempuan Tubal-Kain ialah Naama.
Kejadian 4:20-22


Yang pertama tahu tentang minat bakat anak biasanya adalah orang tua.  Adalah suatu berkat dan anugerah yang besar untuk boleh menyaksikan penemuan minat bakat anak.  Maka langkah pertama bagi orang tua adalah untuk membuka wawasan diri mengenai kemungkinan minat bakat anak akan boleh menjadi apa saja.  Misalkan jika anak mulai mencoret-coret kertas dengan garis-garis yang menimbulkan sensasi gambar seni, maka ini bukan berarti anak pasti akan menjadi pelukis.  Mungkin anak nantinya bisa jadi pelukis.  Tetapi masih ada begitu banyak kemungkinan lain.  Misalnya saja, anak mungkin bisa menjadi arsitek, atau desainer interior, atau illustrator buku, atau desainer grafis, atau desainer fashion, atau kurator karya seni, atau fotografer, atau desainer produk, atau bahkan profesi lain yang tidak secara langsung meutilisasi keahlian menggambar ataupun melukis.  Atau ketika anak terlihat sangat aktif kesana kemari dan tidak suka duduk membaca buku, maka ini bukan berarti anak tidak punya bakat apapun atau anak tidak pandai. 
Tetapi justru ada kemungkinan anak memiliki kemampuan fisik yang baik, dimana anak bisa menjadi atlet atau olahragawan jenis olah raga tertentu.  Misal anak terlihat suka bicara, pandai bermain kata-kata, tulisannya sangat terstruktur, maka belum tentu anak akan menjadi ahli bahasa semata.  Tetapi ada banyak juga kemungkinan profesi lain seperti anak bisa menjadi ahli hukum, atau menjadi penulis novel, atau ahli budaya, atau ahli sosial, atau menjadi pembicara, atau motivator, atau penerjemah, dan lain-lain.  Misal anak terlihat suka musik, sensitive terhadap melodi, beat, ritme, maka belum tentu anak akan menjadi musikus.  Bisa juga anak akan menjadi ahli terapi psikologi melalui musik, atau menjadi pebisnis alat musik, atau menjadi produser album musik, atau menjadi ahli teknologi penghasil alat musik elektronik, atau menjadi ahli akustik gedung, atau menjadi ahli komposisi musik dalam suatu film atau video games, atau memang bisa menjadi pemusik handal seperti Luciano Pavarotti misalnya, atau menjadi seperti Jimi Hendrix dengan permainan gitar yang hebat, atau menjadi seperti Itzhak Perlman sang ahli biola kenaaman, dan seterusnya.


Setelah wawasan dibuka lebih luas, langkah berikutnya adalah bukan menyempitkan fokus kepada profesi favorit yang dianggap paling bagus untuk mendatangkan kekayaan atau kuasa atau ketenaran.  Tetapi langkah penting berikutnya adalah menumbuhkembangkan bakat itu pada dirinya sendiri.  Misal kemampuan fisik, maka kekuatan otot dan olah tubuh perlu dipelihara dan ditumbuhkan terus misal bagaimana memperkuat kaki, tangan, tubuh bagian atas, tubuh bagian bawah, sembari mulai diperkenalkan kepada jenis-jenis olah raga yang ada.  Minat dan bakat anak akan semakin kelihatan ketika anak mulai diperkenalkan kepada bentuk-bentuk olah raga yang baku, misal sepak bola, atau bola basket, atau badminton, atau tenis, dan lain-lain.  Misal anak menunjukkan kecenderungan ketrampilan menggunakan alat gambar dan terlihat sangat antusias dalam mengolah bentuk dalam dua dimensi di atas kertas, maka orang tua bisa mulai memperkenalkan kepada model-model formasi dan olah bentuk dalam bentuk yang lebih konkrit, misal gambar binatang, gambar orang, gambar objek benda sekitar, gambar tanaman.  Atau anak juga bisa dikenalkan kepada media gambar yang lain, misal mulai dikenalkan ke warna, berbagai macam jenis kertas, jenis-jenis alat gambar seperti cat air, atau pensil warna, atau pastel, dan lain sebagainya.  Atau anak juga bisa mulai diperkenalkan kepada komposisi, proporsi, bentuk dasar dan kombinasi, teknik mengarsir, kontras, laras, harmoni, simetri, asimetri, dan lain-lain.  Demikian minat dan bakat anak akan juga semakin kelihatan ketika anak mulai diperlihatkan kemungkinan-kemungkinan hasil karya yang meutilisasi keahlian olah bentuk dan manipulasi dua dimensi ataupun tiga dimensi beserta kombinasi warna yang beragam.

Hal yang dibicarakan di atas adalah ilustrasi dan kemungkinan yang bisa dicapai dari semua minat bakat atau potensi-potensi yang ada dalam diri anak.  Yang penting adalah orang tua tidak justru mematikan minat bakat tersebut.  Langkah paling mematikan untuk minat bakat anak adalah ketika orang tua memaksakan untuk memfokuskan hanya kepada profesi-profesi favorit saja.  Maka sebelum minat bakat tersebut dapat bertumbuh dengan baik, sudah di”karbit” untuk dipaksa menjadi sesuatu yang terlalu sempit.  Maka ketika mencapai titik yang tidak bisa kembali, anak akan kesulitan untuk mengembangkan minat bakatnya dengan lebih luas.  Maka langkah berikutnya yang sangat sangat kritikal adalah membiarkan anak memiliki waktu bermain yang sebanyak-banyaknya untuk anak boleh mengeksplorasi minat bakat mereka dengan lebih luas.  Tetapi bermain di sini perlu diperhatikan untuk memberikan batasan yang serius untuk jenis game elektronik.  Tetapi justru berikan keleluasaan untuk anak bermain secara interaktif yang bukan elektronik.  Bermain di alam, bermain dengan permainan konvensional, bermain yang menggerakkan tubuh, bermain yang menantang kemampuan berpikir, dan lain sebagainya.

Dan langkah yang terakhir yang paling penting, lebih penting dari semua langkah yang lain, adalah menyerahkan anak kepada Tuhan.  Tuhan yang menjadikan anak kita.  Tuhan yang punya rencana untuk anak kita.  Maka kita menyerahkan anak ke tangan Tuhan untuk dibentuk sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan yang mulia.  Dengan demikian kita berkolaborasi dengan Tuhan yang Mahabesar, yang menciptakan langit dan bumi, yang Mahabaik, yang jauh lebih tahu dari kita semua rahasia dunia dan semua rahasia serta potensi yang dimiliki anak-anak kita.  Maka percayalah bahwa anak kita pasti akan menjadi baik dan berguna sesuai dengan rencanaNya.

No comments: