Sunday, August 28, 2016

Mendisiplin Anak Usia 11-18 Tahun

 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
Amsal 29:15

Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
Amsal 22:15

13Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. 14Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.
Amsal 23:13-14

Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.  Amsal 13:24

Hajarlah anakmu  selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.
Amsal 19:18

Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Amsal 29:17

Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.
Amsal 3:12

Mendisiplin anak usia 11-18 tahun adalah paling susah.  0-2 tahun paling mudah.  2-7 tahun mulai kompleks.  7-11 tahun mulai sulit.  Tetapi usia 11-18 tahun adalah usia paling susah menjalankan disiplin, khususnya ketika disiplin usia 0-11 tidak dijalankan dengan baik.  Sebab usia ini adalah usia di mana anak sudah menjelma menjadi menyerupai orang dewasa, atau dalam bahasa lain adalah stage paling awal dalam kategori dewasa.  Anak sudah masuk ke dalam kompleksitas berpikir abstrak.  Pola berpikir abstrak ini sebelumnya tidak ada dalam diri anak usia 0-11 tahun.  Hanya di penghujung usia 10-11 tahun anak mulai mengembangkan pola berpikir abstrak. 
Tetapi
di usia 11-18 tahun anak betul-betul masuk kepada abstraksi berpikir yang menyentuh hal-hal yang melampaui semua hal konkrit yang dapat dilihat, sentuh, rasa, dengar, di sekelilingnya.  Maka diskusi akan jauh lebih dalam dan kompleks, khususnya ketika membicarakan prinsip-prinsip universal seperti keadilan, kasih, kesetaraan, dan lain-lain.  Di samping itu, karena anak sudah secara fisk betul-betul sangat menyerupai orang dewasa, apalagi jika sudah mencapai usia 16 tahun, maka tongkat untuk hukuman fisik akan sudah sangat berkurang dan malah akan hilang.  Modeling masih akan berpengaruh besar walaupun mulai terjadi migrasi yang besar kepada orang yang dianggap sebagai pahlawan dia.  Ini adalah usia dimana anak makin kritis dalam berpikir dan dengan tajam akan mempertanyakan mengapa tindakan orang tua dan apa yang diajarkannya tidak sama.  Belum lagi pada usia ini anak sedang mengalami krisis identitas.  Banjir informasi akan cukup membuat anak disorientasi.  Maka anak akan mulai bertanya dan berdialog dengan diri sendiri berkaitan dengan siapakah dia, apa tujuan dia hidup di dunia, dimanakah tempat dia, dan seterusnya.  Krisis ini adalah krisis yang sangat serius dalam hidup manusia.  Jika masa ini tidak ditemukan titik ekuilibrium yang tepat, maka seumur hidup dia akan mengalami disorientasi.  Dengan demikian sangat perlu sekali anak didampingi pada usia ini untuk upaya memberi jawaban yang baik dan benar yang boleh makin mengarahkan dia kepada Tuhan.  Maka di antara ketiga elemen tadi, yang paling banyak porsi yang orang tua bisa lakukan pada usia ini adalah diskusi.

Tetapi bukan berarti tongkat didikan dihapus dari agenda.  Usia ini boleh dibilang adalah kategori usia akhir di mana orang tua bisa intervensi secara besar kepada hidup anak, khususnya dalam hal pendidikan dan disiplin.  Setelah usia 18 tahun, maka anak akan benar-benar diserahkan kepada Tuhan dengan tangan orang tua lepas secara konkrit.  Maka ini adalah kesempatan terakhir bagi orang tua untuk mengarahkan dan meluruskan hidup anaknya supaya tidak berjalan di jalan kematian tetapi supaya anak berjalan di jalan kehidupan.  Amsal 29:17 mengingatkan orang tua untuk terus mendidik anak-anaknya karena didikan inilah harapan untuk membawa anak dalam jalan yang benar, dan jika anak berada di jalan yang benar maka orang tua boleh tinggal di dalam damai.  Tetapi jika anak memilih jalan yang salah, maka orang tua seumur hidup akan mengalami ketidaktenangan, dan hanya bisa tenang kembali ketika anak kembali ke jalan yang benar.  Maka adalah bijak jika orang tua sungguh-sungguh mengambil kesempatan ini sebagai kesempatan terakhir.  Tetapi jangan pula berpikir bahwa selama 11 tahun anak dibiarkan, dan hanya dididik pada usia 11-18 tahun saja demi untuk menyingkat dan menghemat waktu keterlibatan orang tua.  Ini adalah pemikiran yang keliru.  Justru jika usia 0-11 tahun anak dibiarkan, dan akhirnya kebiasaan dan worldview sudah terbentuk, maka orang tua akan menghadapi yang namanya uphill battle di usia 11-18 dalam upaya mendisiplin anaknya.  Justru modal yang penting bagi orang tua, selain Tuhan dan firman Tuhan, adalah waktu keterlibatan secara intens mulai dari usia 0-11 dalam hidup anaknya.  Jika sampai orang tua hanya mau terlibat di usia 11-18 tahun, maka kemungkinan orang tua berhasil dalam berpengaruh dalam kehidupan anaknya akan sangat berkurang sekali.

Amsal 3:12 mengingatkan prinsip yang dalam dalam pendidikan, yaitu jika orang tua sungguh sayang anaknya, maka orang tua akan mendidik anaknya dengan sungguh-sungguh.  Orang tua yang sungguh mengasihi anaknya tidak akan membiarkan anaknya berbuat semuanya sendiri.  Demikian Tuhan mendidik kita semua karena Dia menyayangi kita.  Adalah refleksi dari gambar Allah jika mendidik anak kita dengan serius.  Dengan kata lain, adalah bukan refleksi gambar Allah jika kita membiarkan anak kita dan tidak mendidik anak kita dengan serius.  Waktu harus disediakan.  Keseriusan dan kesungguhan hati dan pikiran harus ada.  Usaha yang serius harus diupayakan demi supaya anak kita boleh berjalan di jalan yang benar.  Di usia kritis 11-18 tahun ini, orang tua harus bekerja ekstra keras memperhatikan pertumbuhan anaknya yang sudah makin berinteraksi dengan banyak ide-ide di dunia ini.  Tidak jarang ide yang melawan Tuhan akan mulai menggoda anak-anak kita di usia 11-18 tahun ini.  Kita perlu berdoa lebih sungguh supaya anak-anak kita di usia 11-18 tahun ini mulai belajar sungguh-sungguh mencintai Tuhan dan melayani Dia.  Dengan demikian ketika tiba waktu kita melepas anak kita di dunia, maka hati kita boleh dipenuhi damai.

No comments: