Tuesday, August 30, 2016

Relasi antara Saudara Kandung




1Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN."  2Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.  3Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya,  yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, 5tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Amsal 31:10-31

Kisah Kain dan Habel adalah kisah yang boleh menjadi pelajaran bagi kita semua supaya kita tidak memperlakukan saudara kandung kita seperti Kain memperlakukan Habel.  Kemarahan Kain terhadap Habel sebetulnya tidaklah rasional.  Karena Habel tidak melakukan apa-apa yang salah terhadap Kain.  Kain bertindak ekstrim terhadap Habel karena Kain iri terhadap adiknya.  Seharusnya Kain meredam iri hati dia, dan bahkan meredam kemarahan hatinya, dan tidak melampiaskan kejengkelannya kepada Habel.  Apalagi Habel tidak melakukan kesalahan apa-apa terhadap Kain.
Selain orang tua maka orang yang paling dekat dengan kita secara alamiah adalah saudara kandung kita.  Sejak kecil kita berinteraksi dengan saudara kandung kita.  Sejak kecil kita bermain bersama saudara kandung kita.  Dengan interaksi yang intens antar saudara kandung tentunya terjadi pengenalan pribadi dengan dalam.  Rasa kasih antar saudara kandung pula seharusnya terbentuk.  Pengertian keluarga, kedekatan keluarga, rasa kasih antar anggota keluarga seharusnya terbentuk melalui interaksi dan pengenalan seiring dengan waktu.  Maka bukanlah hal yang tak wajar jika saudara kandung saling melindungi, menjaga, mengasihi, membantu, dan bahkan berkorban.  Tetapi mencapai relasi seperti ini di konteks kejatuhan dalam dosa bukanlah hal yang mudah.  Tentunya ada banyak pergumulan, pertengkaran, perselisihan yang muncul dalam interaksi antar saudara kandung.  Sifat kekanak-kanakan yang cenderung egois seringkali menimbulkan perselisihan antar saudara.  Peran orang tua menjadi sangat besar sebagai pendamai dan penegak keadilan.  Orang tua perlu memberi model, instruksi, dan juga menegakkan disiplin kepada anak-anak mereka dalam mereka berrelasi satu sama lain.  Tanpa ada intervensi dari orang tua, maka anak-anak tidak akan mengerti apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Arahan dari orang tua inilah yang akan menjadi modal untuk anak-anak berrelasi satu sama lain.  Referensi standar hubungan antar saudara akan ditujukan kepada orang tua sebagai orang yang dianggap dewasa, bijaksana, dan memegang otoritas.  Penekanan kepada nilai-nilai kasih dan pengorbanan merupakan instruksi penting yang memimpin anak-anak mempraktekkan hidup saling mengasihi antar saudara.  Sehingga kalaupun ada perselesisihan tetaplah ada jalan keluar.  Pertengkaran antar saudara kandung tidaklah mengakibatkan pada putusnya hubungan saudara.  Tetapi justru menjadi kesempatan terjadinya pengampunan dan rekonsiliasi.  Maka apa yang dilakukan Kain terhadap Habel adalah gambaran relasi saudara kandung yang bertolak belakang dari apa yang seharusnya terjadi.  Kain tidak melindungi adiknya, bahkan tidak menghargai nyawa adiknya.  Ini karena Kain tidak mengasihi Habel.  Kain memandang Habel sebagai kompetitor dia.  Maka Kain menganggap Habel sebagai penghalangnya dan oleh karena itu harus dilenyapkan.  Kasih adalah dasar utama relasi saudara kandung.  Apapun yang hal yang lain tidak akan ada artinya tanpa kasih di pusatnya.  Sebab semua tindakan lain yang tidak didasarkan pada kasih tidak akan menghasilkan relasi yang baik antar saudara.  Hanya kasih yang mampu mengeliminasi semua perasaan-perasaan negatif yang muncul.  Maka satu pelajaran yang paling penting yang harus dipelajari dalam relasi antar saudara kandung adalah belajar mengasihi.  Dan kita belajar mengasihi sedemikian melalui model yang diberikan Tuhan kita Yesus Kristus yang rela berkorban bagi saudara-saudaraNya karena kasihNya yang begitu dalam kepada kita semua.

No comments: